FOTO-FOTO

Kamis, 10 April 2008

PENGOLAHAN SAMPAH MANDIRI DI DESA SUKUNAN, SLEMAN, YOGYAKARTA

A. Pendahuluan
Pada dasarnya apa yang dilakukan manusia adalah memanfaatkan sumberdaya alam yang berasal dan lingkungan, serta mengembalikan hasil aktifitas berupa buangan (waste) kembali ke lingkungan. Keseimbangan dampak positif pemanfaatan sumber daya alam dan dampak negatifnya bagi kesejahteraan manusia sangat dipengaruhi oleh penggunaan teknologi yang digunakan mengeksplorasi sumber daya alam, mengolah buangannya, serta daya asimilasi atau daya dukung lingkungan.

Yang dimaksud sampah (solid waste) adalah semua limbah berbentuk padat atau semi padat yang berasal dan kegiatan manusia, yang dibuang karena tidak bermanfaat atau tidak diinginkan (Tchobalonoglous, 1993). Sedangkan Limbah adalah bahan sisa pada suatu kegiatan dan atau proses produksi (PP No. 18/99jo. PP o. 85/99).
Kita diketahui bahwa sampah yang tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada lingkungan. Gangguan yang ditimbulkan meliputi bau, penyebaran penyakit hingga terganggunya estetika lingkungan. Untuk itu perumusan strategi pengelolaan sampah yang tepat dalam jangka pendek adalah suatu kebutuhan yang mendesak.
Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara garis besar, kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan transport, pengolahan dan pembuangan akhir.

B. Permasalan sampah di Dsn Sukunan
Bermula oleh karena banyaknya keluhan tentang sampah plastik dari warga desa yang kebanyakan berprofesi sebagai petani, sampah plastik tersebut banyak yang masuk ke area persawahan mereka karena terbawa oleh aliran air irigasi yang mengairi persawahan mereka yang menyebabkan persawahan mereka selalu dipenuhi oleh sampah-sampah plastik yang berimbas terhadap hasil panen padi mereka, banyaknya sampah plastik yang masuk ke area persawahan mereka menyebabkan terganggunya sirkulasi pengairan di sawah dan banyaknya waktu yang terbuang karena para warga terpaksa harus memungguti sampah-sampah tersebut satu persatu lalu di buang keluar dari sawah mereka tetapi dikarenakan sangat banyaknya sampah-sampah plastik yang masuk ke area persawahan menyebabkan mereka mulai berinisiatif untuk mengajak peran serta masyarakat untuk mengolah sampah mereka secara mandiri.
Permasalahan yang turut andil dalam awal pengelolaan sampah secara mandiri adalah banyaknya warga yang tidak mempunyai cukup lahan untuk membuang atau membakar sampah mereka sendiri sehingga hal tersebut menyebabkan banyak warga yang membuang sampah ke parit yang mengari sawah-sawah sehingga menimbulkan masalah baru bagi para penduduk lainya dan menyebabakan desa mereka terlhat sangat kotor karen banyaknya sampah yang dibuang kesembarang tempat.

C. Pengenalan pengelolahan sampah mandiri
Untuk memenuhi target kebutuhan pelayanan pengelolaan sampah yang memadai pada masyarakat, perlu diciptakan iklim yang kondusif untuk menunjang peran serta masyarakat dan swasta. Sosialisasi konsep 3R (reduce, reuse and recycle) adalah target pertama yang dapat ditempuh. Sehingga dapat ditanamkan pengertian kepada masyarakat bahwa masih terdapat nilai ekonomi yang cukup potensial. Diperlukan kampanye sadar kebersihan untuk mendorong masyarakat agar mau mengumpulkan sampah di tempatnya, bukan membuang sampah di tempatnya.
Konsep ini mendorong masyarakat untuk melakukan penanganan sampah di sumbernya, seperti pemilahan sampah dan pengemasan sampah dengan benar. Lebih jauh hal ini dimaksudkan untuk mendorong penerapan konsep reuse, atau penggunaan kembali komponen-komponen sampah yang masih memiliki nilai ekonomi. Baik oleh sumber sampah ataupun oleh pihak lain.
Awalnya ide untuk mengelola sampah secara mandiri tidak langsung bisa diterima oleh masyarakat sekitar masih kentalnya kebudayaan membuang sampah di sungai turut andil menyulitkan terlaksananya program pengolahan sampah secara mandiri tersebut kesulitan makin bertambah karena banyak warga yang beranggapan bahwa urusan sampah tidak terlalu penting karena hanya tinggal membayar saja maka sampah itu lenyap dari pandangan mereka dan mereka pikir masalah tersebut selasai.
Ada juga yang enggan sedikit repot untuk memilah-milah sampah mereka hanya cukup membakarnya dihalaman dan sampahpun lenyap.
Banyaknya halangan dan hambatan yang ada tidak membuat sejumlah warga yang peduli terhadap sampah membatalkan rencana pengelolahan sampah mereka, mereka melakukan sosialisasi ke warga-warga dari mulai tingkat yang paling kecil sampai ke tingkatan warga yang paling luas.




Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah
Dengan usaha keras akhirnya proses pengolahan sampah mandiri dapat diterima oleh masyarakat dan memberikan hasil yang cukup memuaskan.

D. Proses pengelolaan sampah mandiri
Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara garis besar, kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan transport, pengolahan dan pembuangan akhir.
Pengolahan sampah yang dilakuakn bergantung dan jenis dan komposisinya, sampah dapat diolah. Berbagai alternatif yang tersedia dalam pengolahan sampah, di antaranya adalah:
1. Transformasi fisik, meliputi pemisahan komponen sampah (shorting) dan pemadatan (compacting), yang tujuannya adalah mempermudah penyimpanan dan pengangkutan.
2. Pembakaran (incinerate), merupakan teknik pengolahan sampah yang dapat mengubah sampah menjadi bentuk gas, sehingga volumenya dapat berkurang hingga 90-95%. Meski merupakan teknik yang efektif, tetapi bukan merupakan teknik yang dianjurkan. Hal ini disebabkan karena teknik tersebut sangat berpotensi untuk menimbulkan pencemaran udara. Di samping itu teknik baru itu akan berfungsi dengan baik bila kualitas sampah yang diolah memenuhi syarat tertentu, seperti tidak terlalu banyak mengandung sampah basah dan mempunyai nilai kalor yang cukup tinggi.
3. Pembuatan kompos (composting), yaitu merubah sampah melalui proses mikrobiologi menjadi produk lain yang dapat dipergunakan. Output dari proses ini adalah kompos dan gas bio.
4. Energy recovery, yaitu tranformasi sampah menjadi energi, baik energi panas maupun energi listrik. Metode ini telah banyak dikembangkan di Negara-negara maju.
Secara umum pengelolaan sampah yang dilakaukan oleh masyarakat Dsn Sukunan terbagi menjadi dua yaitu pengolahan sampah organik dan pengelolaan samapah anorganiak :


1. Pengelolaan sampah organik
a. Sampah organik dari rumah tangga ( sisa makanan, sisa sayuran, lauk, nasi dll ) dikelola sendiri dengan 2 gentong yang digunakan secara bergantian, sedangkan sampah perkarangan dibuat kompos dengan bak pengomposan.
b. Sampah yang berada dalam gentong setelah berumur 2 sampai 3 bulan sudah menjadi kompos sehingga bisa dipanen, dikemas dan dijual.
2. Pengelolaan sampah anorganik
a. Setiap rumah tangga memisahkan sampah sesuai jenisnya seperti sampah plastik, kertas dan kaca logam setelah penuh dibawa dan dimasukan ke dalam drum yang sudah tersedia sesuai dengan jenisnya.
b. Petugas mengambil sampah sesuai jenisnya dari drum dibawa ke TPS kampung. Di TPS sampah dikemas dan dijual, hasil penjualan untuk biaya oprasional dan sisanya masuk kas kampung
3. Sampah Khusus
a. Plastik sachet minuman, snack dan refil di buat kerajinan daur ulang dan di buat menjadi berbagai macam barang-barang seperti aneka jenis tas, dompet, topi, tempat koran.
b. Styrofoam dihancurkan dan digunakan sebagai bahan campuran untuk pembuatan batako dan aneka pot bunga.

Tidak ada komentar: